Sabtu, 19 September 2015

Salamku


Asa bergemuruh disetiap tibanya fajar. Menguat mengencang semangatnya. Membiarkan debu jalanan hinggapi tubuh rentanya. Menjajakkan sesuatu dengan lantangnya suara. Senyum samarkan isyarat luka meski berpijak dibumi ini juga melelahkan. Berdiri ia diantara ribuan manusia dengan hiruk pikuknya kota. Terik, keringat, hadir bagai kawan.

Seperti biasa,
Pada waktu tertentu saat berpapasan denganku selalu ia tanyakan "sekarang jam berapa?". Semacam waktu akan memburu menderu laju. Sesekali ia dekati kaca jendela mobil yang terbuka. Kadang terjadi transaksi, kadang juga diacuhkan pergi.

Tak disangka asanya seteguh baja. Hingga puluhan pagi kujumpai sosoknya masih setara ambisi jiwa muda. Ia tahu Tuhan Maha Bijaksana. Apa yang didapat tak lupa disyukurinya. Tak jarang binar mata meneriakkan lara. Ia pun tahu, hidup penuh paradoks. Tinggi rendah diatas dibawah pahit manis.
Semua ada masanya.


Salamku untukmu yang tak pernah lagi bersua,


lelaki tua penjual koran di perempatan jalan.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar